Lompat ke konten
Beranda » Ilmu Menjadikan Wanita Mempunyai Peran Yang Bermanfaat

Ilmu Menjadikan Wanita Mempunyai Peran Yang Bermanfaat

Dalam sebuah kajian wanita pembahasan Kitab Al-Wabilush Shayyib karya Ibnul Qoyyim rahimahullahu ta’ala, dengan tajuk dosa melemahkan hati dan dibawakan oleh atau pematerinya adalah Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah. Beliau menyampaikan di awal-awal kajian sebagai berikut:

Pada kesempatan kali ini di kajian muslimah, kajian wanita yang semoga dengannya kita bisa menjadi wanita yang lebih baik, jauh lebih bertakwa, jauh lebih beriman, jauh lebih bersyukur dan itulah mimpi kita semua.

Bukan hanya menjadi lebih pintar dan lebih tau. Menjadi lebih pintar dan lebih tau itu penting, namun jangan berhenti sampai di sana karena kalau bicara pintar maka Abu Jahal juga pintar lalu Ummu Jamil wanita yang cerdas tapi ia justru menjadi salah satu iconnya ahli Neraka,
.
وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ
.
“Dan istrinya Abu Lahab itu akan membawa kayu bakar.” (Surat Al-Lahab ayat 4)

Dan akan diazab seperti suaminya diazab. Padahal ia cantik, ia pintar, dan ia memiliki dunia, namun ia tidak memiliki keimanan, tidak memiliki ketakwaan, tidak memiliki rasa syukur.

Oleh karena itu salah satu yang harus kita bangun dalam diri kita bahwa bagaimana ilmu ini bermanfaat untuk kita sehingga kita semakin baik, semakin shalih atau shalihah, semakin menjadi ibu yang bertanggung jawab dan semakin bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga itu menjadi tujuan kita dan semoga Allah mudahkan.

Selalu ingat apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i bahwa ilmu itu bukan sebatas yang dihafal, namun ilmu itu yang bermanfaat
.
العلم ما نفع، ليس العلم ماحفظ
.
“Ilmu adalah yang bermanfaat dan bukan hanya sebatas dihafal.” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 89), walaupun hafalan itu penting.

Seluruh wanita yang berhasil dalam sejarah, mereka itu punya ilmu nafi’, mereka punya ilmu yang membuat mereka punya peran, mereka punya ilmu yang membuat lingkungan mereka merasakan manfaat dari kehadiran mereka.

Salah satu Ulama Al-Imam As-Sakhawi, gurunya seorang nama besar dalam dunia ilmu itu wanita nama beliau Sarah binti Syams Al Balisil Mishri dan Sarah ini Muhaditsah, ahli hadits dalam meriwayatkan hadits, beliau termasuk orang yang sangat shalih (wanita shalihah) dan Al Imam As-Sakhawi belajar dengan beliau.

Jadi lihat bagaimana jika wanita itu punya ilmu dan tentu saja mayoritas kita tidak harus punya target seperti Sarah rahimahullah, tapi setidaknya bagaimana kita mempunyai peran dalam rumah tangga, dalam mendampingi suami agar ia bertakwa kepada Allah, bisa menjadi lawan tukar pikiran untuk suami agar nasehat-nasehatnya mempunyai nilai ketakwaan agar jangan sampai mendengar dari pihak-pihak yang tidak shalih. Akhirnya nanti terbawa dan rumah tangga yang jadi bermasalah. Lalu punya peran ke anak-anak, dan kita sebagai ibu adalah ibu yang shalihah. Lalu punya peran ke orangtua.

Kemudian jika ada yang mengeluh, “orangtuaku tuh nggak menganggap aku pak ustadz?”

Jawabannya, mungkin karena kita dianggap tidak punya ilmu, tidak punya hikmah. Coba kalau kita punya ilmu dan hikmah, siapa yang nggak mau mendengar nasehat dari wanita yang matang, yang dalam pemikirannya, yang bijaksana, yang dewasa, yang tau dalil, mengerti keterangan para ulama, rasa-rasanya semua butuh nasehat dari sosok-sosok seperti itu.

Namun kalau kita tidak punya ilmu dan tidak belajar maka akan susah menjadi penyebar manfaat di lingkungan, di rumah tangga, di keluarga dan seringkali suami tidak melibatkan istrinya, contoh:
.
👤 “Kau pernah sharing tentang ini tidak dengan istrimu?”
.
🗣️ “Ya.. nggak ada gunanyalah, istri juga nanti nggak mengerti gimana cara menanggapinya, nanti jadi istri yang baper dan heboh, nanti PR jadi nambah lagi nenangin istri. Mending satu aja PR nya daripada dapat dua PR.”
.
Itu seringkali kendala-kendala yang terjadi. Jadi kalau kita punya ilmu nafi’, kita menjadi jauh lebih matang, jauh lebih dewasa, pandangan kita tajam karena terus diasah di majelis ilmu, terus diasah karena banyak membaca Al-Qur’an, membaca hadits Nabi Shallahu ‘alaihi wassallam, dan membaca keterangan para ulama.

Siapa yang tidak butuh dengan itu semua, sehingga kita bisa berperan ke depannya. Semoga kita bisa menjadi wanita yang memiliki dampak positif, bisa menyebarkan manfaat, bisa menabur hikmah di lingkungan kita, rumah tangga kita, keluarga kita untuk anak-anak kita dan seterusnya. Aamiin Ya Robbal Alamin.

Author: Prita Hastari

Prita Hastari
Author: Prita Hastari

Koreksi, saran, masukkan atau apapun yang ingin disampaikan terkait penulisan artikel dapat Anda sampaikan melalui alamat email berikut ini 📧 www.catatankajian.com@gmail.com

  • https://youtu.be/v-wSUJeziFI